Cara kerja atau mekanisme obat anti jamur
  1. Amfoterisin: merusak membran sitoplasma.
  2. Nistatin: membentuk kompleks dengan sterol.
  3. 5-fluorsitosin: menghambat sintesis protein. Ketiga obat ini (amfoterisin, nistatin, 5-fluorsitosin mempunyai spektrum kerja yang luas).
  4. Klotrimazol
  5. Mikonazol
  6. Itrakonazol. Ketiga obat ini  (klotrimazol, mikonazol, itrakonazol mempunyai spektrum kerja yang luas untuk semua jamur).
  7. Griseofulvin: spektrum kerja sempit , yaitu hanya untuk microsporum dan epidermophyton dengan mekanisme kerja adalah menghambat sintesis RNA dan menghambat sintesis khitin.
  8. Sikloheksimid
  9. Asam fusidat
  10. Sparsomisin
  11. Blastisidin. Keempat obat di atas (sikloheksimid, asam fusidat, sparsomisin, dan blastisidin) bekerja dengan menghambat sintesis ribosom eukariota dan bakteri dengan menghambat sintesis protein inisiasi rantai peptida dan efek terhadap sintesis DNA.
  12. Paktamisin: dengan inhibitor selektif pada inisiasi rantai globin dan inhibitor elongasi rantai polipeptida pada 40S ribosom.
Jamur yang mengandung khitin (β 1-4-polimer N-asetilglukosamin):
  1. Blastocadiella emersonii mengandung khitin glikosa
  2. Coprinus cinereus mengandung khitin glukosa
  3. Neurospora crassa mengandung khitin glukan
  4. Mucor rouxii mengandung khitin khitosan
Untuk menghambat sintesis khitin dapat digunakan obat Polioksin D dan Griseofulvin.
Jamur oportunistik adalah jamur yang dapat menginfeksi apabila pertahanan tubuh lemah.
Tunikamisin: misalnya Saccharomyces cereviceae dapat menghambat jamur yang mengandung Manan.
Komponen membran jamur:
  • Lipid
  • Sterol: mengandung ergosterol, misalnya (Candida, Saccaromyces, dan Aspergillus). Antijamur terhadap sterol: 1. Poliena (membentuk kompleks), 2. Azol (hambatan sintesis), 3. Serulenin (hambatan sintesis lipid, asam lemak, dan sterol).